Sejuk dan menyenangkan. Itulah kesan pertama yang terasakan pada ruang keluarga di rumah ini. Tata interiornya rapi dan clean, sehingga memberi kesan sebuah rumah yang bersih dan sehat (3d Visual).
Secara
keseluruhan, desain arsitektur rumah ini tergolong “kuno”. Dibuat lebih dari
sepuluh tahun lalu, gaya arsitektur bangunan mengadopsi desain mediteranean
yang dikombinasi dengan material alami, antara lain berupa kayu dan
batu-batuan.
Tata
interiornya juga seperti “ketinggalan zaman”. Namun jika diamati, kesederhanaan
penataan justru membuat ruang selalu mampu mengikuti perkembangan tren.
Pemilik memadupadankan furnitur lama yang cenderung klasik dengan furnitur
baru yang relatif modern. Keduanya ditata sesuai fungsi. Sentuhan artwork di
dinding membuat interior hunian semakin cantik.
Tertata
rapi, interior
rumah tak berkesan formal. Penghuni pun selalu merasa nyaman dan rileks
melakukan aktivitas di setiap ruang. Lay out ruang membuat siapapun bisa
beraktivitas dengan leluasa. Untuk mencapai semua itu diterapkan juga sebuah
desain yang mampu selalu berevolusi. Desain (3d Visual) ini dibuat setahap demi
setahap.
Sebagai
contoh, ruang
keluarga. Ruang keluarga
berada pada tengah-tengah bangunan, sehingga menjadi sebuah sentral. Ruang ini
memiliki jendela pada bagian dinding atas. Jendela kaca tinggi, menggantikan
dinding yang berhubungan langsung dengan taman. Di ruang yang menjadi sentral
rumah ditempatkan satu sofa modern tiga dan satu dudukan berukuran besar.
Penampilannya disesuaikan dengan furnitur lama, berupa meja kotak kaca dan
meja sudut bergaya klasik, serta lemari televisi.
Contoh lain, ruang
tamu dengan dua sofa lama armless dan meja bulat dari rangka besi melingkar.
Sebuah cerukan ditempatkan pada dinding sebagai tempat memajang pernik dan
tanaman. Cerukan merupakan salah satu cara untuk mengakali tampilan dinding
sehingga menjadi lebih menarik. Cara “kuno” tersebut kini banyak diterapkan
sebagai pemanis dinding sekaligus solusi mengatasi keterbatasan lahan.